TIMES KEDIRI, KEDIRI – Sebanyak 14 arca yang ditemukan di kompleks situs Tondowongso, kembali pulang ke Kabupaten Kediri, setelah hampir dua dekade dititipkan di Balai Pelsetarian Kebudayaan (BPK) Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Situs Tondowongso merupakan salah satu situs purbakala di Kabupaten Kediri yang tidak hanya terdiri dari struktur bangunan atau candi tapi juga arca-arca kuno.
Situs yang terletak di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri itu memiliki wilayah cukup luas dengan terdiri dari dua dusun yakni Dusun Tondowongso dan Dusun Sumberpetung.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengungkapkan pemulangan ini merupakan salah satu langkah awal untuk membawa benda-benda peninggalan purbakala yang berasal dari Kediri namun kini tersimpan di luar Kediri, untuk kembali ke Kediri.
"Ini adalah langkah dari Mas Bupati Kediri untuk mengembalikan warisan-warisan budaya kita yang ada di berbagai daerah, khususnya di Trowulan, di Jakarta, bahkan nanti bisa juga yang ada di Belanda," ungkapnya, Selasa (17/12/2024).
Nama-Nama Arca Situs Tondowongso
Ke-14 arca tersebut yakni Arca Dewa Syiwa Catur Muka, Dewa Candra 1 dan 2, Syiwa Mahakala, Syiwa Mahaguru (Agastia), Arca Durga Mahesasuramardini, Arca Ardanari, Kaki arca, Kepala Syiwa, Yoni, Lingga, Dewa Surya, Lembu Nandi 1 dan 2.
Belasan arca tersebut kini disimpan di museum Kabupaten Kediri yang terletak di Desa Menang, Kecamatan Pagu. Museum itu, sementara ini masih menjadi satu dengan Kantor Satpol PP Kabupaten Kediri sehingga keamanannya juga lebih terjamin.
Nantinya jika museum tersebut selesai sepenuhnya, selain bisa menjadi destinasi wisata juga sebagai upaya pelestarian warisan budaya Kabupaten Kediri.
"Karena museum di belakang gedung DPRD Kabupaten Kediri tidak cukup, kita tempatkan di museum. Akan kita tata dimana penempatannya. Karena ada Satpol PP, nanti penjagaannya 24 jam," ujarnya.
Proses pemulangan ke 14 arca ini memakan waktu yang tidak sebentar. Nantinya komunikasi budaya akan terus dilakukan agar peninggalan warisan budaya Kabupaten Kediri, yang ada di daerah lain, bisa dipulangkan.
"Ini baru satu titik situs Tondowongso dan masih banyak lagi. Nanti kita lakukan komunikasi budaya untuk bisa memulangkan kembali warisan budaya yang ada di luar daerah. Kita maksimalkan usahanya," ungkapnya.
Arca-Arca Pertama, Pembuka Situs Tondowongso
Ke-14 arca tersebut merupakan temuan pertama di situs Tondowongso. Arca-arca itu ditemukan pertama kali pada tahun 2007, dan demi alasan keamanan saat itu dititipkan ke BPK Wilayah Xl Trowulan.
Ekskavasi situs Tondowongso sendiri dimulai pada tahun 2009. "Arca-arca ini adalah arca-arca yang ditemukan pertama kali, bukan dari hasil ekskavasi. Setelah arca-arca ini ditemukan, situs Tondowongso mulai terbuka dan selanjutnya masih terus kita kaji," tutur Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Disparbud Kabupaten Kediri Eko Priatno.
Berdasarkan penanggalan karbon, arca-arca tersebut berasal dari tahun 1025 Masehi. "Kalau kita masukkan dalam kronologi sejarah Indonesia, abad-abad 10-11 itu masa Kahuripan, pra Kediri. Jadi kemungkinan besar, sejaman dengan Erlangga (Airlangga)," ujarnya.
Di antara 14 arca tersebut, arca Dewa Siwa Catur Muka merupakan salah satu yang memiliki keistimewaan tersendiri. Arca ini merupakan arca Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat yang pertama kali ditemukan.
Sebelumnya kebanyakan temuan warisan budaya berupa arca bermuka empat adalah arca dewa Brahma.
"Saat kita amati lebih detail, ada simbol-simbol tertentu yang dipasangkan dalam arca itu dan simbol-simbol itu hanya dipunyai oleh Syiwa. Karena itu para peneliti memastikan bahwa itu bukan Brahma, tapi Syiwa Catur Muka atau Syiwa dengan empat wajah," pungkas Eko.
Untuk menyambut kembalinya ke 14 arca tersebut, Disparbud Kabupaten Kediri turut menggelar wayang krucil di selasar Gedung Museum Kabupaten Kediri. Pagelaran wayang krucil itu mengambil cerita, "Sang Trisula Wedha" (kembalinya pusaka Daha yang hilang). (*)
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |