Kopi TIMES

Banjir dan Kesalehan Lingkungan

Selasa, 23 Februari 2021 - 16:36
Banjir dan Kesalehan Lingkungan Drs. H. Priyono, M.Si. (Wakil Dekan I Fakultas Geografi UMS)

TIMES KEDIRI, JAKARTA – Tiba musim hujan, banjirpun merata di mana-mana. Dalam sebulan terakhir ini banjir telah melanda sejumlah daerah di Indonesia. Hujan deras sepanjang hari yang mengguyur Kota Solo dan sekitarnya berdampak pada meluapnya Sungai Bengawn Solo sehingga permukiman di sepanjang sungai inipun terendam air. Yang cukup parah juga adalah banjir minggu lalu di sepanjang pesisir utara Jawa Tengah yang merendam mulai dari Tegal di barat sampai Pati di timur, sehingga hampir semua kawasan pantura terdampak banjir.

Banjir tersebut menggenangi ribuan rumah, ratusan orang mengungsi, bahkan di Semarang dikabarkan banjir telah menelan korban jiwa. Tak hanya rumah penduduk yang terdampak, jalan raya pantura yang merupakan urat nadi perekonomian Pulau Jawa pun terendam sehingga menghambat arus barang dan manusia, tak terhitung betapa besar kerugian ekonomi akibat banjir di pantura ini.

Hingga hari ini pun dan beberapa minggu ke depan banjir nampaknya akan terus mengintai di sekitar kita. Pada Rabu (17/2), BMKG melalui situsnya mengeluarkan peringatan dini terhadap enam provinsi yang berstatus siaga banjir yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan DKI Jakarta. BMKG menyatakan ada potensi terjadi hujan lebat kategori 6 dari hari Kamis-Jumat ini (18-19/2). Khusus di Jawa Tengah, hujan lebat berpotensi banjir diperingatkan akan terjadi di 14 kota dan 132 kecamatan, termasuk di dalamnya kawasan Solo Raya.

Banjir seolah menjadi hukuman atas ketidaksalehan manusia Indonesia kepada lingkungan tempat hidupnya. Seperti keledai yang dapat jatuh berkali-kali ke lubang yang sama, bangsa Indonesia pun berulang kali selama bertahun-tahun jatuh dalam kubangan banjir. Betapa lambatnya bangsa ini belajar dan menemukan solusi agar keluar dari bencana akibat ulah sendiri ini. Mengapa bisa demikian? Jangan-jangan karena kita merasa tidak bersalah? Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran dalam Surah al-Baqarah ayat 11-12: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia sering lupa bahkan tidak tahu diri bahwa dia telah berbuat kerusakan. Bahkan manusia merasa dan mengaku-ngaku telah melakukan kebajikan dan melakukan perbaikan. Namun Alquran memberi label kepada manusia bahwa mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan.

Melalui banjir. Sebenarnya alam tengah memberitahu bahwa telah terjadi kerusakan dan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Selain karena curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah, banjir terutama juga disebabkan oleh faktor tutupan lahan. Tutupan pohon berperan sangat penting dalam menjaga keseimbangan hidrologis. Dengan terjaganya tutupan pohon, tanah mampu terus meresap air hujan karena tingginya kandungan bahan organik yang membuat tanah menjadi gembur serta pengaruh akar yang membuat air lebih mudah diresap ke dalam tanah.

Namun ketika tutupan pohon berkurang, keseimbangan hidrologis lingkungan sekitarnya juga akan rusak. Air hujan yang turun akan sulit diresap oleh tanah dan lebih banyak yang menjadi aliran air di permukaan yang pada gilirannya akan memicu terjadinya banjir. Idealnya air yang meresap kedalam tanah 60 persen dan yang menjadi aliran permukaan tinggal 30 persen, akan tetapi alam sudah banyak berubah terutama di daerah perkotaan, konversi lahan tidak terelakkan karena pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, sehingga bisa jadi perbandingan air yang meresap dan mengalir terbalik keadaannya. Maka malapetaka yang akan menimpa.

Penggundulan hutan yang marak dan alihfungsi lahan hijau menjadi permukiman dan industri telah menyebabkan berkurangnya tutupan pohon sehingga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir dan juga longsor. Maka, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir adalah dengan mempertahankan dan menambah tutupan pohon. Hal ini sejalan dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW yang menjanjikan bahwa menanam pohon bernilai pahala karena perbuatan tersebut merupakan sedekah untuk lingkungan.

Rasulullah SAW bersabda: "Tiada seorang Muslim yang menanam tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia, atau binatang, melainkan tercatat untuknya sebagai sedekah. (HR. Bukhari Muslim)

Selain itu, menanam pohon pula merupakan salah satu bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir sampai kiamat tiba. Nabi SAW bersabda: "Ada golongan hamba yang pahalanya terus mengalir, sementara ia telah berada dalam kubur setelah kematiannya, yaitu: orang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon, membangun masjid, mewariskan mushhaf, dan meninggalkan anak yang selalu memintakan ampun orang tuanya setelah kematiannya." (HR. al-Baihaqi, Ibn Abi Dawud, al-Bazzar, dan ad-Dailami).

Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa Islam mendorong ummatnya untuk memiliki kesalehan lingkungan. Ini tidak seperti dipahami oleh kebanyakan orang yang mengira bahwa kesalehan hanya terwujud dalam hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Padahal Islam memberikan berbagai ajaran yang juga berkaitan dengan hubungan sesama manusia dan serta hubungan dengan lingkungan. Berbuat kebaikan tidak hanya terbatas dalam ritual ibadah antara manusia dengan Tuhan, tapi juga antara manusia dengan manusia dan juga dengan lingkungan tempat hidup.

Memiliki kesalehan lingkungan berarti berbuat baik kepada lingkungan. Jangan merusak dan mezalimi lingkungan, karena hal itu merupakan perbuatan dosa kepada lingkungan. Dosa kepada lingkungan memang tak banyak yang menyadarinya. Maka mari kita tingkatkan kesalehan lingkungan dengan semakin ramah dan harmoni dengan lingkungan karena hal itu adalah juga bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

Kesalehan lingkungan dalam bentuk yang paling sederhana juga bisa dan mudah kita lakukan, yakni dengan menanam pohon di sekitar tempat tinggal kita dan mengelola lingkungan rumah kita agar air bisa diresapkan ke dalam tanah sehingga tidak membebani kapasitas sungai sebelum menuju ke laut. Dan bisa menurunkan potensi banjir. (*)

***

*) Oleh:  Drs. H. Priyono, M.Si. (Wakil Dekan I Fakultas Geografi UMS)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Kediri just now

Welcome to TIMES Kediri

TIMES Kediri is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.