https://kediri.times.co.id/
Wisata

Petilasan Sri Aji Joyoboyo, Pelestarian Budaya Kediri yang Sarat Makna Spiritual

Selasa, 23 September 2025 - 18:48
Petilasan Sri Aji Joyoboyo, Pelestarian Budaya Kediri yang Sarat Makna Spiritual Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kediri ( foto : Yobby/TIMES Indonesia)

TIMES KEDIRI, KEDIRIKabupaten Kediri menyimpan cerita tentang seorang tokoh besar yakni Sri Aji Joyoboyo, seorang raja kerajaan Panjalu/Kediri yang punya nama asli Prabu Jayabaya. Sosoknya dikenal melalui salah satu ramalan bernama Jangka Jayabaya. 

Petilasan Sri Aji Joyoboyo, yang berada di Desa Menang, Kecamatan Pagu, dipercaya sebagai tempat untuk moksa atau lenyap dari dunia fana menuju kesempurnaan abadi. Petilasan tersebut tidak hanya mencatatkan legenda tapi juga sebuah semangat. 

"Banyak hal yang bisa kita peroleh dari petilasan. Bahwa dengan mengingat Sri Aji Joyoboyo, tentunya akan menambah semangat, bisa memperkokoh jati diri sebagai warga Kediri sekaligus juga mengembangkan rasa cinta terhadap Kediri," tutur Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Eko Priatno, Selasa, (23/09/2025). 

Setiap malam satu suro digelar ritual upacara sesaji Sri Aji Joyoboyo. Upacara ini sendiri telah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal di Kemenkumham sejak tahun 2021. 

"Jadi kegiatan semacam ini menjadi satu bagian penting dalam pelestarian kebudayaan. Ketika budaya itu diuri-uri, banyak hal yang bisa kita dapatkan. Pesan-pesan moral dari masa lalu sangat baik untuk kita junjung tinggi, untuk kita teladani, untuk menapaki kehidupan di masa depan," tambahnya. 

Perjalanan moksa Sri Aji Joyoboyo tersebut, dipercaya dimulai dari Sendang Tirto Kamandanu, tempat dimana Sri Aji Joyoboyo menyucikan diri. Kemudian melangkah ke area petilasan dimana terdapat tiga prasasti penanda perjalanan sang raja menuju kesempurnaan abadi. 

Prasasti Mahkota, tempat ia melepas mahkota; Prasasti Busana, tempat melepas pakaian kebesaran dan Prasasti Moksa, diyakini sebagai titik terakhir raja meninggalkan raga.

Dalam upacara sesaji Sri Aji Joyoboyo tersebut, ratusan orang berjalan perlahan, bersimpuh satu per satu menuju Petilasan Sri Aji Joyoboyo. Mereka bersimpuh menyusuri tangga perlahan menuju pamoksan. Dari tradisi yang dianggap berbeda ini, banyak opini masyarakat luar Kediri dan Jawa Timur yang menganggap tradisi ini sebagai ritual yang aneh bahkan ‘menyembah’.

Namun pandangan berbeda itu ditanggapi positif oleh Mbah Mukri, juru kunci dari Pamoksan Sri Aji Joyoboyo. Baginya upacara ini bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk penghormatan pada leluhur sekaligus ikhtiar untuk membersihkan diri, lahir dan batin. 

"Andhap asor, itu adab yang selalu dijaga

di sini. Kita datang dengan rendah hati, memohon doa, dan mengenang perjuangan Sri Aji Joyoboyo," ujar juru kunci petilasan Mbah Mukri. 

Setiap peziarah yang berjalan bersimpuh menuju ketiga prasasti itu diyakini sedang mengikuti jejak spiritual sang raja. Prosesi ini menghadirkan suasana khidmat, penuh doa, dan kadang diselimuti aura mistis yang sulit dijelaskan. 

Tradisi ini juga merupakan momen kebersamaan, tanpa pandang latar belakang, siapa pun boleh datang dan berdoa sesuai keyakinannya. 

Menurut Mbah Mukri yang utama adalah niat, datang untuk bersungguh-sungguh memohon sedangkan nanti hasilnya tergantung Yang Maha Kuasa. " Ritualnya hanya berdoa," ungkap Mbah Mukri. 

Selain Petilasan Joyoboyo, masyarakat Kediri juga mengenal ritual sesaji Ki Ageng Botoputih di Desa Kawedusan, Kecamatan Plosoklaten. Di lokasi ini terdapat 13 makam tokoh yang diyakini masih berkaitan dengan Prabu Jayabaya, termasuk permaisuri, anak, serta pengikutnya. (*)

Pewarta : Yobby Lonard Antama Putra
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Kediri just now

Welcome to TIMES Kediri

TIMES Kediri is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.