TIMES KEDIRI, KEDIRI – Kesenian jaranan mengakar pada budaya Panji, karya sastra melegenda yang identik dengan Kabupaten Kediri. Dari Ikatan erat cerita Panji dan kesenian Jaranan inilah, lahir Reksa Budaya Panji, sebuah refleksi pelestarian budaya yang mengakar pada budaya Panji.
Reksa Budaya Panji digelar di Taman Totok Kerot, Rabu, (26/11/2025). Mengusung tema Ragam Jaranan Kediri, perhelatan ini menampilkan beberapa jenis jaranan yang ada di Kabupaten Kediri mulai dari Jaranan Dor, Jaranan Pegon, Jaranan Senterewe dan Jaranan Jowo. Taman Totok Kerot yang berada di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri sendiri merupakan rumah dari arca legendaris Totok Kerot.
"Ini adalah wujud refleksi dari penghargaan kita terhadap budaya Panji yang sudah menjadi budaya nasional. Sementara seni jaranan ini merupakan salah satu seni yang sampai saat ini masih digandrungi oleh anak muda. Tapi kita tidak tahu, mungkin anak-anak muda juga tidak tahu kalau ternyata seni jaranan itu kita banyak ragamnya. Tentu kita akan mewarisi tradisi dari nilai tersebut," ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kediri Mustika Prayitno Adi.
Salah satu penampilan jaranan di Reksa Budaya Panji (FOTO: Yobby/TIMES Indonesia)
Mustika mengungkapkan, penampilan berbagai variasi jaranan di Reksa Budaya Panji, diharapkan bisa membantu menjaga keberlanjutan dan kelestarian seni jaranan. Selain itu juga menambah wawasan seni dan kebudayaan anak muda di Kabupaten Kediri. Saat ini di Kabupaten Kediri, berdasarkan database Buku Induk Kesenian terdapat kurang lebih 177 kelompok jaranan.
"Agar masyarakat tahu bahwa ragam jaranan itu memang ada banyak, tidak hanya tahu satu kreasi jaranan yang mungkin sekarang banyak beredar dan ditonton. Jadi ragam jenis jaranan bisa dilihat dan diketahui oleh semua masyarakat, terutama anak muda sekarang. Jadi kita uri-uri memang ragam budaya ini," tambahnya.
Diantara bangku penonton, juga terlihat sejumlah pelajar dan para guru Kabupaten Kediri. Dari sini, diharapkan variasi jenis jaranan ini bisa dikenalkan ke para siswa lain yang ada di Kabupaten Kediri, baik melalui teman ke teman atau dari guru ke murid.
"Tentu ini tidak terbatas pada undangan. Nanti mungkin terkait hasil dari reksa budaya ini akan kita sampaikan kepada dunia pendidikan. Bahwa khasanah budaya, ragam budaya kita sangat besar. Terutama ragam jaranan ini sangat bervariasi. Harapannya memang keberlangsungan dari budaya Kabupaten Kediri ini bisa tetap eksis dan berkesinambungan," pungkasnya.
Pemilihan lokasi di Taman Totok Kerot, diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung dan menjaga cagar budaya di Kabupaten Kediri.
Perbedaaan Jaranan Dor, Jaranan Pegon, Jaranan Senterewe dan Jaranan Jowo.
Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Disbudpar Eko Priatno mengungkapkan dari keempat jenis jaranan yang ditampilkan dalam Reksa Budaya Panji memiliki sejarah, ciri khas serta keunikan masing-masing. Seperti Jaranan Jowo, yang dipercaya sebagai yang tertua. Dimana pola gerakan tarian, iringan, tabuhan dan kostum jaranan ini lebih sederhana. Sedangkan Jaranan Senterewe memiliki gerakan dan kostum yang lebih dinamis.
"Sedangkan untuk Jaranana Pegon, lebih sederhana dari Jaranan Senterewe tapi lebih dinamis dari Jaranan Jowo. Kostumnya juga lebih kompleks, karena memakai kostum wayang orang," tuturnya.
Sementara Jaranan Dor, Eko menuturkan, berdasarkan pada sejumlah peneliti memiliki kaitan erat dengan tiga jenis seni lainnya yang lahir dari lingkungan Pondok Pesantren, yakni Pencak Dor dan Bantengan. " Bisa dilihat dari gaya tabuhnya, jula juli, gaya timuran. Pondok Pesantren memberikan ruang ekspresi seni sekaligus untuk olah kanuragan. Jadi ada Pencak (dor), Bantengan dan Ada Jaranan Dor. Ketiganya tumbuh dari kultur yang sama," tambahnya.
Selain penampilan variasi jenis jaranan di Kabupaten Kediri, dalam Reksa Budaya Panji juga digelar diskusi bersama akademisi, budayawan, praktisi seni serta komunitas kesenian jaranan. "Membedah nilai-nilai filosofisnya apa, pesan-pesan moral yang dibawa apa, pelestariannya bagaimana, dulu bagaimana, sekarang bagaimana, besok mau diapakan," ungkapnya.
Turut tampil dalam perhelatan itu jaranan bocah, sebagai tanda kesenian jaranan terus tumbuh, berkembang dan beregenerasi. (*)
| Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
| Editor | : Imadudin Muhammad |